Tanaman Kacangan Sebagai Media Penutup Tanah

Mega Surya UD > Blog > Blog > Tanaman Kacangan Sebagai Media Penutup Tanah

Tahap awal sebelum proses penanaman kelapa sawit ada baiknya dipersiapkan dengan matang walaupun kelihatannya sepele, guna mencapai hasil yang maksimal dikemudian hari, faktor tanah sangat perlu diperhatikan.

Salah satu kiat dalam menghasilkan kondisi yang positif bagi tanaman kelapa sawit yaitu dengan kegiatan menanam kacang-kacangan sebagai penutup tanah untuk mempersiapkan kondisi yang kondusif/positif bagi penanaman kelapa sawit. Kacangan dibutuhkan sebagai penutup tanah untuk menutupi permukaan tanah sehingga pertumbuhan gulma dapat ditekan, mengurangi kompetisi unsur hara, juga berfungsi sebagai penghasil bahan organik, dan dapat mengikat unsur nitrogen dari udara.

Tumbuhan penutup tanah dari jenis kacang-kacangan yang sering ditanam diantaranya Calopogonium caeruleum(CC), Pueraria javanica(PJ), Calopogonium muconoides(CM), Centrosema pubescens(CP), Mucuna cochinchninensis(MC), dan  Mucuna bracteata(MB).

Langkah-langkah yang perlu dilakukan pada penanaman kacang-kacangan penutup tanah sebagai berikut; 1) Pengendalian Gulma. (2)Penyiraman biji dengan air panas dan perendaman biji. (3) Inokulasi Rhizobium. (4) Penanaman biji kacangan penutup tanah(LCC). (5) Pemupukan dan (6) Pemeliharaan.

Agar pertumbuhan kacangan tidak terhambat maka lahan harus bersih dari gulma, sebelum benih disebar atau ditanam pemberantasan gulma dapat dilakukan secara manual, mekanis dan kimiawi.

Perendaman benih dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu : (1) Perendaman dengan air hangat suhu 75oc selama dua jam, setelah air menjadi dingin benih diangkat dan disimpan/dikeringkan selama satu malam, lalu ditanam esok harinya. Perlakuan benih ini hanya direkomendasikan pada musim penghujan. (2) Larutan asam sulfat pekat (H2SO4) 98% keperluan asam sulfat untuk perlakuan ini 100-200cc/kg benih kacangan.

Inokulasi bakteri Rhizobium untuk meningkatkan daya fiksasi nitrogen pada kacangan yang akan ditanam dapat dilakukan dengan mencampur Rhizobium kompos yang dilarutkan dalam 0,25 liter air. Aduk hingga merata dan semua benih basah lalu dikeringkan dalam ruangan yang sejuk.

Penanaman kacangan di lapangan bisa menggunakan benih/biji atau penyetekan. Untuk kacangan CM, CP dan MC di areal perkebunan biasanya menggunakan benih, sedangkan selain menggunakan benih penanaman kacangan CC, PJ dan MB dapat dilakukan dengan menggunakan stek.

Ada dua cara yang dilakukan dalam penanaman kacangan yaitu cara campuran/kombinasi dan cara murni. Cara campuran merupakan kombinasi penanaman benih secara bersamaan ( PJ, CC, CM, CP dan MC), didalam larikan yang ditanam sejajar dengan barisan tanaman. Larikan campuran sebanyak 2 baris setiap gawangan hidup dan 1 baris antar pokok dalam barisan tanaman. Pada areal perkebunan yang relatif datar penanaman didalam larikan dilakukan menurut barisan tanaman, kecuali pada daerah berbukit penanaman harus mengikuti kontur/teras tanaman yang ditanam searah dengan terasan atau barisan tanaman. Sementara itu cara murni merupakan teknis penanaman kacangan di seluruh areal dengan menggunakan benih/biji atau stek/susuan dari kacangan MB.

Jumlah perbandingan pemakaian campuran benih di setiap wilayah berbeda-beda tergantung pada topografi, jenis tanah dan sifat-sifat tanah. Misalnya di tanah yang tergenang sebaiknya tidak di tanam kacangan jenis CM, CP dan PJ. Pada tanah liat berat dimana perkembangan akar relatif lambat digunakan PJ dan CP lebih banyak dan dengan jarak penanaman lebih rapat.

Beberapa contoh pemakaian kombinasi benih campuran dari berbagai sumber untuk penanaman per hektar seperti : 1kg CC + 3kg PJ, 12kg CM + 2kg PP, 1kg CC + 8kg CP, 2kg CM + 1kg CP + 2kg PJ, 2kg CM + 3kg CP + 2kg PJ, 5kg PJ + 3kg CM, 2kg PJ + 4kg CM, 6kg PJ + 3kg CM + 0.5kg CC. Dan pemakain benih kacangan secara murni yaitu dengan menggunakan benih kacangan MB sebanyak 0.25kg / hektar.

Dalam membantu pertumbuhannya, kacangan sangat memerlukan pemupukan baik sebelum tanam atau sesudah tanam. Sebelum tanam perlu diberikan 400 kg / hektare kapur pertanian (Dolomit). Pada umur satu bulan setelah tanam diberikan pupuk urea 15kg / hektare dan pupuk TSP sebanyak 30kg/hektare. Setelah umur 3bulan ditaburkan pupuk TSP 60kg/hektare dan saat 6bulan ditaburkan pupuk TSP 120kg/hektare.

Selain cara pemberian pupuk diatas yaitu modifikasi dengan penambahan perlakuan yaitu pada waktu akan disebarkan benih terlebih dahulu dicampur dengan pupuk RockPhosphate secara merata dengan dosis yang sama dengan berat biji, lalu disebar/ditanam. Dengan cara ini diharapkan pertumbuhan kacangan meningkat tanpa menyuburkan gulma. Selanjutnya selama 2 tahun diberikan pupuk Rockphosphate setiap tahunnya dengan dosis 125-250kg/hektare. Berdasarkan pengalaman dengan menerapkan teknis standar,  laju penutupan kacangan telah terlihat pada  umur 6 bulan setelah tanam. Dan laju penutupan areal secara sempurna akan dicapai pada saat memasuki tahun ke 2 dengan ketebalan vegetasi berkisar 50-60cm.

Pemeliharaan kacangan secara manual dilakukan secara intensif dengan mencabut/membuang rumput atau gulma dengan tujuan menghilangkan atau mengurangi persaingan dalam pengambilan air dan unsur hara didalam tanah. Pemeliharaan lainnya dengan memotong atau menarik kacangan yang menjalar ketanaman pokok dan piringan. Untuk penyiangan diantara larikan dapat dilakukan dengan penyemprotan herbisida berbahan aktif Glifosat atau Parakuat. (adv)

Sumber: https://sawitindonesia.com

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *